Abstrak
Telah dilakukan penelitian tingkat redam bunyi gypsum,triplek dan styrofoam.Peneliti menggunakan Sound Level Meter untuk mengetahui intensitas sebelum dan setelah dilewatkan bahan gypsum, triplek dan styrofoam. Proses pengujian dilakukan dengan mengatur frekuensi sumber bunyi. Bunyi akan dipancarkan oleh speaker pada ruangan yang tertutup dengan kaca. Pada ruangan tertutup oleh kaca tersebut terdapat partisi ruang. Partisi ruang tersebut merupakan gypsum/ triplek/ styrofoam dan bersifat tidak permanen. Sebelum ruangan diberi partisi, diukur nilai intensitas bunyi pada jarak tertentu, kemudian setelah diberi partisi, intensitas bunyi kembali dikur pada jarak yang sama. Dari hasil pengujian dan analisis data diperoleh koefisien serap masing-masing bahan sebagai berikut: koefisisen serap rata-rata gypsum 0.19 cm-1, triplek 0.18 cm,styrofoam 0.07 cm-1. Perolehan koefisien serap rata-rata dari terbesar ke terkecil untuk rentang frekuensi 600-1000 Hz adalah gypsum, triplek dan styrofoam. Sehingga bisa disimpulkan tingkat redam ketiga bahan tersebut yang paling baik adalah gypsum.
PENDAHULUAN
Kebisingan adalah suatu masalah besar yang tengah dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini, terutama yang tinggal di daerah perkotaan yang sangat ramai dan sibuk oleh berbagai macam aktivitas masyarakat. Suara keras yang dihasilkan oleh berbagai jenis kendaraan dapat mengganggu konsentrasi dan juga merusak kesehatan manusia. Apabila pengaruh ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, manusia dan hewan. Gangguan kebisingan bisa menyebabkan gangguan pendengaran seperti ketulian. Menurut penelitian Suandika (2009), orang yang hidup dalam kebisingan lalu lintas cenderung memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang yang hidup di tempat yang tenang.
Saat ini telah banyak upaya yang dilakukan orang untuk dapat mereduksi kebisingan yang terjadi pada suatu ruangan yaitu dengan menggunakan bahan-bahan peredam bunyi dan penyerap bunyi. Bahan tersebut dalam suatu bangunan biasanya berperan sebagai panel-panel akustik yang dipasang pada dinding pemisah (partisi) dan plafon. Peredam suara atau absorber adalah suatu bahan yang dapat menyerap energi suara dari suatu sumber. Material penyerap bunyi mempunyai peranan penting dalam akustik ruangan, perancangan studio rekaman, ruang perkantoran, sekolah dan ruang lain untuk mengurangi kebisingan yang umumnya sangat mengganggu.
Saat ini telah banyak upaya yang dilakukan orang untuk dapat mereduksi kebisingan yang terjadi pada suatu ruangan yaitu dengan menggunakan bahan-bahan peredam bunyi dan penyerap bunyi. Bahan tersebut dalam suatu bangunan biasanya berperan sebagai panel-panel akustik yang dipasang pada dinding pemisah (partisi) dan plafon. Peredam suara atau absorber adalah suatu bahan yang dapat menyerap energi suara dari suatu sumber. Material penyerap bunyi mempunyai peranan penting dalam akustik ruangan, perancangan studio rekaman, ruang perkantoran, sekolah dan ruang lain untuk mengurangi kebisingan yang umumnya sangat mengganggu.
BACA JUGA : 2D and 3D geoelectrical resistivity imaging: Theory and field design.Selain itu, dari survai yang kami dapatkan di beberapa tempat, tidak sedikit dari masyarakat yang hidup di wilayah perkotaan membuat partisi ruangan dengan bahan yang sederhana seperti triplek, gypsum atau triplek yang dilapisi dengan styrofoam. Mereka mengambil bahan-bahan tersebut salah satunya karena faktor ekonomis. Selain keuntungan ekonomis, mereka juga berharap keuntungan fisis dan psikologis, yaitu jauh dari kebisingan. Triplek, gypsum dan styrofoam merupakan material yang memiliki daya serap berbeda-beda. Terkait pemaparan tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian tentang “Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan (triplek, gypsum dan styrofoam)”.
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian yaitu 1). Bagaimana tingkat redam bunyi dari triplek, gypsum dan strerofoam? 2). Manakah yang paling baik tingkat redamnya dari ketiga bahan tersebut?. Penelitian ini bertujuan 1). Menentukan tingkat redam dari triplek, gypsum dan styrofoam 2). Menentukan tingkat redam yang paling baik dari ketiga bahan tersebut. Manfaat penelitian ini adalah 1). Mengetahui tingkat redam dari triplek, gypsum dan styrofoam. 2). Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tingkat redam bunyi dari triplek, gypsum dan styrofoam 3). Mendapatkan pengetahuan tentang tingkat redam bunyi dari triplek, gypsum dan styrofoam.
Akustika adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bunyi, berkenaan dengan indera pendengaran serta keadaan ruangan yang mempengaruhi bunyi. (Gabriel 2001 :163).
Kata bunyi mempunyai dua definisi, yaitu: (1) secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastik seperti udara dan (2) secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan fisis yang digambarkan di atas (Doelle 1993). Ketika bunyi menumbuk suatu batas dari medium yang dilewatinya, maka energi dalam gelombang bunyi dapat diteruskan, diserap atau dipantulkan oleh batas tersebut. Pada umumnya ketiganya terjadi pada derajat tingkat yang berbeda, tergantung pada jenis batas yang dilewatinya (Lord 1980).
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia dari 20Hz sampai 20 kHz. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.
Bunyi kereta lebih nyaring daripada bunyi bisikan, sebab bunyi kereta menghasilkan getaran lebih besar di udara. Kenyaringan bunyi juga bergantung pada jarak kita ke sumber bunyi. Kenyaringan diukur dalam satuan desibel (dB) yaitu satuan untuk mengukur intensitas suara. Bunyi pesawat jet yang lepas landas mencapai sekitar 120 dB. Sedangkan bunyi desiran daun sekitar 33 dB.
Menurut Lewis dan Douglas (1993) material akustik dapat dibagi ke dalam tiga kategori dasar, yaitu:
- material penyerap bunyi (absorbing material).
- material penghalang bunyi (barrier material).
- material peredam bunyi (damping material).
Pada umumnya material penyerap secara alami bersifat resistif, berserat (fibrous), berpori (porous) atau dalam kasus khusus bersifat resonator aktif. Ketika gelombang bunyi menumbuk material penyerap, maka energi bunyi sebagian akan diserap dan diubah menjadi panas. Bunyi akan masuk ke dalam material melalui pori-pori. Bunyi akan menumbuk partikel-partikel di dalam material tersebut, kemudian oleh partikel di pantulkan ke partikel lain, begitu seterusnya sehingga bunyi terkurung di dalam material.
Kejadian ini disebut proses penyerapan. Besarnya penyerapan bunyi pada material penyerap dinyatakan dengan koefisien serapan (α). Koefisien serapan (α) dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1. Nilai koefisien serapan 0 menyatakan tidak ada energi bunyi yang diserap dan nilai koefisien serapan 1 menyatakan serapan yang sempurna. Nilai koefisien serapan dihitung menggunakan rumus :
Menurut Gabriel (2001), bising atau noise dalam konteks akustik memiliki beberapa arti yaitu :
1. Bunyi atau suara yang keras, tidak disenangi, tidak terprediksi, tidak diinginkan.
2. Gangguan dalam bentuk acak dan terus menerus, yang membuat sinyal menjadi tidak jelas atau tereduksi. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Jenis – jenis kebisingan:
a. Kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit,misalnya, mesin gergaji.
b. Kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus lalu lintas atau pesawat terbang.
c. Kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau suara ledakan.
d. Kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin tempa.
1. Bunyi atau suara yang keras, tidak disenangi, tidak terprediksi, tidak diinginkan.
2. Gangguan dalam bentuk acak dan terus menerus, yang membuat sinyal menjadi tidak jelas atau tereduksi. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Jenis – jenis kebisingan:
a. Kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit,misalnya, mesin gergaji.
b. Kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus lalu lintas atau pesawat terbang.
c. Kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau suara ledakan.
d. Kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin tempa.
BACA JUGA : PROSES RESPIRASI DALAM PANDANGAN FISIKA
Untuk mengetahui intensitas suatu kebisingan atau noise di suatu lingkungan atau daerah digunakan alat Sound Level Meter (SLM). Nilai ambang untuk batas kebisingan adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level Meter (SLM) adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk.
0 Response to "TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)"
Post a Comment